Tuesday, November 19, 2019

My Scholarship Journey


'Dream higher and just believe your self '. Mungkin itu kali ya gambaran yang tepat untuk cerita kali ini (Setelah 1 tahun lama nya mulai cerita lagi di blog).

Gue udah kenal Stuned dari lamaaaaa banget, dari jaman semester 6 di kampus. setiap habis ngerjain tugas, selalu sempetin liat formulir beasiswa Stuned (inget banget dulu formulir nya warna hijau), walaupun belum bisa daftar karena belum lulus. Oh iya, Fyi, Stuned stands for Studeren in Netherlands. A foundation from Netherlands government providing scholarship to developing countries in the world, Including Indonesia. Hampir semua universitas di Belanda bekerja sama dengan Stuned.

I checked all Stuned's update intentionally. Berapa pendaftar nya setiap tahun, berapa % awardee nya, fokus jurusan nya, bidang bidang spesial hubungan antar Indonesia dan Belanda, dsb nya.  Selalu. dan selalu gue simpan dalam di hati gue. Bahkan saat itu, memimpikan nya aja gue gak berani, terlalu tinggi lah~~. Ditambah pula orang tua yang sangat tidak suportif saat itu. Ibu bilang 'Tugas seorang Ibu itu menikahkan anaknya! Bukan sekolah S2!'. Rasa nya mimpi itu bagaikan batu kerikil yang gak penting kehadirannya di hidup gue (tsaaahh). Mau apalagi kan? orang tua udah gak ngedukung. 

Mimpi itu seakan tidak dihadirkan untuk gue. Standard. bachelor graduated, worked, then married, as a woman did. Well, emang bener kata orang, jodoh yang baik itu jodoh yang memang bisa melengkapi apa yang tidak kita miliki. Bregas itu orang yang sangat out of the box. Bahkan dia tidak bekerja setelah kuliah S1. dia sudah punya visi membesarkan perusahaan ayah nya yang untuk sebagian orang 'gengsi lahh kan bukan usaha kita sendiri.....' (but, a long way to go, He did something else, instead of his dad business.... kadang drama memang pelik ya!)

Berjalannya waktu, bersama sang suami menjalankan bisnis, kita merasa kita ada di zona nyaman yang terlalu lama. We did 'a to z' everyday in similar pace. Kita butuh upgrade diri kita masing masing, in a same vision as business doer for sure. Gue seketika ingat kembali mimpi gue tentang Stuned sesaat gue dan bregas ngerasa 'we need something else' di business ini. The business needs to grow!, dan gue pikir, Gue sudah lulus kuliah, gue ada pengalaman kerja, dan gue sudah menikah (as my mom's goal). Oke, the requirements done. harusnya bisa selama gue dapat restu dari sang suami. Gak ada ragu sama sekali ceritain ini ke Bregas, semua gue komunikasikan dari a sampai z. The plans created not only plan a or b, even we made plan z as the worst.

DAAD : Jerman- Leipzig University

Oke! we're set on the track. mulai research scholarship apa aja yang ada di Indonesia. gue cek satu satu website universitas yang kerjasama dengan ke 3 scholarship tersebut. SATU SATU. gue telusur satu satu sampe bener2 gue click banget sama universitas nya. Gue mulai ketemu LPDP, DAAD, Chevening, dan yang terakhir StuNed. Research dimulai. LPDP? fokus jurusan ga ada yang entrepreneur, coret! 3 terakhir gue hajar semua. Mulai kirim berkas ke DAAD, also I submitted the documents to Chevening, in parallel.  StuNed belum dibuka pendaftarannya saat itu.


Oh ya, sebelumnya pun gue hajar semua buku IELTS dari edisi 1 sampai 13 setiap tengah malam. sampe kebawa kebawa mimpi hahaha! Oh saat itu pun myesha masih menyusui. jadi kebayang gak tuh? lagi listening IELTS tau tau ada anak bayik minta 'nenen'? It was so funny for me. Setiap myesha abis nyusu gue bener2 bangun lagi loh lanjutin listening nya. Proud myself *prok prok prok* siapa coba yang bangunin gue untuk lanjut nge-IELTS? bapak suamik tentunya!

Belajar otodidak yang tidak membuahkan hasil pun mengantarkan gue untuk ikutan IELTS intensive class sama KAPLAN. setiap hari harus ikutan les. Ngeliat bregas sama myesha setiap hari bolak balik anter gue itu yang jadi motivasi terbesar. Setiap rasanya mau 'udahan', magic nya lsg semangat lagi. Haha drama ya? Tapi beneran terjadi. 

Butuh satu setengah tahun untuk gue akhirnya sukses di IELTS dan berani submit motivation letter ke pihak sponsor. 2x ikutan tes IELTS yang sangat mengocek tabungan jalan jalan. Skin care? apa itu skin care? Kursi make up di kamar pun isinya structure sentence. HAHA. malu sendiri inget nya. Ketemu temen pun, agak malu sama diri sendiri yang gagal dapet nilai IELTS yang diinginkan. Ngeliat muka myesha aja rasanya sedih, ibu nya kok gak bisa bisa! Ditambah sekitar 6 bulan proses gue menyelesaikan administrasi kampus, bolak balik gangguin ibu dosen gue jaman baheula sekalian cek analisis data bisnis gue yang gue taro juga di motivation statement gue.  

Dengan IELTS yang pas pas an dan motivation letter yang kayaknya sekedar 'cukup' aja yang membuat gue gagal di DAAD. Inget banget, itu motivation statement isinya 2 lembar penuh flowery dimana mana. Drop langsung (padahal kirim berkas ke jerman gak murah. hahaha). Mulai lah cari2 temen yang jadi awardee di LPDP atau Chevening. ketemu beberapa orang yang mentor-in gue dan akhirnya gue bisa menghasilkan motivation statement: straight to the point, 1 page, and focus on what I am doing to contribute in this country.
Sadness email from Leipzig University :(

Chevening & StuNed (Southampton vs The Hague University of Applied Sciences)

Ditengah down nya gue gak dapet DAAD, tepat saat itu gue di bali. Myesha ulangtahun ke dua. Gue badmood banget. mulai lagi pikiran 'gakusahlah...gak mampu lo kayaknya' menghantui gue sepanjang malam. Tiba tiba Bregas teriak super kenceng 'BI! CEK EMAIL KAMU SEKARANG' jeng jeng jeng....


Chevening kirim email yang tidak pernah gue sangka sangka. Proses ini memakan waktu 6 bulan dari gue submit dokumen. sempet berfikir dulu, kalau denger kata2 chevening 'yang jenius doang itu mah yang kepilih! IPK nya 3.9 lah minimal'. Satu pelajaran lagi, hidup cuma sekali! coba aja. mendingan gagal kan daripada lo sampai tua gak tau hasilnya kaya apa. Nih, orang macem gue yang IPK nya gak 3.9 lulus administrasi Chevening loh. Terkadang yang membuat kita gagal itu ya ketakutan diri kita sendiri sih ya.

Lalu, ketemu lah 1 orang lulusan Chevening tahun 2017 yang bantu gue untuk mock interview. Subhanallahh.. rencana Allah indah sekali yaa :"") gue belajar banyak banget bagaimana 'menjual diri' gue lewat interview. Interview sudah gue lewati. I got a highest level of confidence. Rasanya gue bisa nih dapat beasiswa ini. semua panel mendengarkan dengan baik elaborasi gue. Mereka terlihat excited dengan pertanyaan pertanyaan 2 arah yang terjadi. 30 menit gue habiskan di dalam ruangan interview tersebut. Pulang kerumah dengan hati bahagia karena at least gue mencoba. I did the best, just let Allah do the rest. tinggal berdoa aja udah. gue percaya Allah director terbaik dalam hidup hamba nya (Betul apa betul????)

Di tengah menunggu hasil, gue ngerasa tetep harus cari plan b dan plan c. kembali meriset, ternyata di awal tahun 2019 akan ada pendaftaran Stuned dan AAS (Australia). Bregas super maksa buat gue ikut keduanya. gue tetep kekeuh gak mau karena udah super PD sama chevening. bahkan gue udah nge cek rumah2 sewa untuk kita nanti di UK. HAHAHAHAHA. kadang PD boleh, tapi ya gak over juga kalee ;D

Oke. gue turuti mau Bregas. gue coba cari tau tentang Stuned Application 2019. gue coba cari kampus2 mana yang bisa click sama gue. gue ikut study fair nya di kartika chandra, gue ketemu The Hague University of Applied Science, lalu tertarik dengan jurusan nya yang fokus di entrepreneurship. Cari2 requirement nya di website, goal jurusan tersebut, gue coba sinkron kan dengan kerjaan gue dan pihak Stuned tentunya. I tried to found the red line between the three goals of organizations, Stuned, my organization, and the Course itself. gue masukin semua nya ke dalam motivation statement gue (plus gue highlight juga salah satu masalah di Indo yang lumayan jadi concern hubungan Indo-Belanda saat itu).

Dari semua program scholarship yang gue jalani, memang Stuned ini paling simple. mereka hanya butuh LOA, kirim berkas, lalu dalam 2 bulan pengumuman keluar either lo dapet atau enggak. That's it! Gue inget banget waktu itu bulan desember. gue rasa gue udah dapet universitas yang oke buat gue, tinggal apply ke kampus nya buat dapet LOA. motivation statement yang gue buat juga masih amburadul, gue kirim ke kampus tersebut. 1 bulan hasil nya dan gue harus interview sama sang program manager. Interview via Skype ngebahas apa aja yang gue lakuin sesuai motivation statement yang gue tulis. Rasanya se seneng itu waktu sang program director nya info kalau gue keterima di kampus tersebut. emang ya, human touch itu tetep butuh ditengah dunia serba perobotan sekarang :"). Dari situ bahkan gue langsung ngerasa kalau gue gak dapet scholarship nya, kayaknya gue mau pake biaya sendiri untuk kuliah kesana, saking ngerasa udah deket gitu sama nih kampus (walaupun gak tau dapet duit dari langit keberapa biayain sekitar 20,000 euro per tahun, hahaha)

So, LOA sudah di tangan 1 bulan sebelum pendaftaran Stuned di tutup. Formulir sudah dilengkapi, recommendation letter sudah lengkap dari ibu dosen dan client gue di kerjaan, begitupula semua berkas2 yang dibutuhkan. sudah siap submit. Gue submit sekitar 2 hari sebelum penutupan to avoid web traffic or technical issues, or something that you can't predict in the prior. Saat itu gue dihadapkan dengan 'the most important uncertainty in my life'. ya gimana enggak ya kan, awalnya PD banget sama chevening, tp disisi lain gue ngerasa click banget sama universitas bawaan Stuned. Ok. again, Let's Allah Decide! Sepanjang menunggu gue hanya berdoa apapun yang memang terbaik dari Allah buat semua posisi gue. sebagai anak, istri dan juga sebagai Ibu. Ibu dan Mama selalu gue deketin demi minta restu dan doa nya dari kelancaran proses ini. gue percaya banget everything happened on me is on behalf Ibu dan Mama doa & restu. 

Sudah di submit sekitar bulan februari, prediksi gue se simpel, baiklah kita tunggu stuned. toh pengumuman setelah ini hanya keterima atau enggak bukan masuk level selnajutnya atau gue harus lakuin sesuatu lagi. TAPI SAYA SALAH SAUDARA SAUDARA.... ternyata stuned baru kali ini  menerapkan sistem baru di proses seleksi nya. gue dapet email ini dan ternayata gue di haruskan mengikuti tahap selanjutnya : second round assessment. terdiri dari psikotes dan  leaderless group discussion.



Kegiatannya satu hari full. dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. psikotes sekitar 2 jam, menurut gue berjalan lancar, kami hanya diminta bercerita bagian dari hidup kami yang memang paling menarik dan paling berkesan. dan beberapa multiple choice, around 50 questions. Lalu LGD, total calon awardee yang mengikuti second round sebanyak 60 orang, kami dibagi menjadi sekitar 10 kelompok isinya 5-6 orang per kelompok dan diminta untuk bahas hot issues di indonesia. gue dan kelompok dapet masalah tentang diaspora. Kami di judge oleh Nuffic neso indonesia director dan wakil nya langsung, pihak stuned-Ibu Indy sebagai koordinator scholarship , dan para psikiater dari third party stuned. Lumayan berjalan alot saat LGD ada beberapa yang kontra, pro, dsb nya. Semua berpendapat dari sisi terbaiknya masing masing. seperti biasa, gue dari sisi entrepreneur atau bisnis.

Jam 5 selesai. kami dengan PD nya berpikir, ah, mungkin ini semua hanya tambahan kebutuhan riset stuned atau apalah. masa 60 orang ini akan di cut lagi? mau jadi berapa? karena sepanjang sejarah para awardee Stuned itu sekitar 60 orang. Segala usaha terakhir gue lakukan : selalu minta doa doa dan doa dari Ibu dan Mama, begitupula dari sang suami, dan terus mendekatkan diri kepada Allah untuk segala jalan hidup terbaik gue yang selama 2 tahun ke belakang gue habiskan. Chevening memang menjanjikan segala keputusan akan diberikan awal bulan Juni. Sedangkan Stuned memberikan keputusan on mid of June.

Satu minggu sebelum lebaran 2018. Ada email dibawah ini sebanyak 3x. Bukan main langsung merinding, dingin se badan badan, buka mata selebar lebar nya takut gue halu karena terlalu banyak berharap, gue baca satu persatu, kata demi kata, gue artikan dan gue menemukan satu sentence di bold besar dan gue yakin betul artinya memang sangat positif. This is literally, my dreams come true. Rasanya memang cuma 1x dalam hidup gue, gue merasakan hal se magis ini. Gue yang masih shock, cuma diam aja di kamar. Bregas di luar kamar, teriak 'Bi! baca email!' (super telat doi, padahal gue lagi kaku sambil megang hp, hahhahaa). Alhamdulillahhirabbilalamin ya Allah... rasanya seperti apa gue pantas menerima semua kebaikan ini? #tsaelaaaahh

Kayaknya memang sudah diatur sedemekian sempurna nya perjalanan scholarship gue ini sama sang pencipta. Seketika gue udah click banget sama kampusnya (dan courses nya tentunya) membuat gue yakin 100% akan ambil beasiswa ini. Chevening yang saat itu masih belum juga release announcement pun sudah gak terlalu gue pikirkan. Bener jugak. 2 minggu setelah urus semua dokumen MVV (Visa keluarga, housing, dsb nya) chevening baru email dengan bijak nya :")

pengumuman penolakan ke 2 dari pihak sponsor yang kali ini gue sudah tidak sedih dan lebih ke sangat bersyukur dengan jalan Allah untuk hidup gue. Dan selanjutnya gue dihadapkan dengan rumitnya proses MVV yang sangat ngejelimet, Perlu gue share juga gak ya?




Tentunya. postingan gue kali ini tidak ada maksud apa apa. percaya lah, gue hanya mau menepati nazar gue dan berbagi apa yang gue alami selama 2 tahun ke belakang, yang insya Allah membantu teman teman yang mungkin sedang berjuang menggapai impian nya. 

Fiuh.... Finally I have the guts to share this story for everyone. this is literally the biggest secret in my entire life. I just feel to do something one by one, and even I can't see how much steps that I need to take to the top one. Just enjoy the process. Jatuh ya bangun. jatuh lagi? bangun lagi. gitu aja terus sampe dapet. 

This is the best part in my life as a wife, mom, and also as a student. Now, I'm in winter season in The Hague. It's second term already and its such the best challenging moment in my life to live here. Oh iya, buat teman teman yang sedang berjuang dalam beasiswa nya dan mungkin mau share juga sama gue boleh banget, just drop your email to me: dewaoctalia@gmail.com insya Allah kita bisa ngobrol ya :)